Powered By Blogger

Senin, 01 Desember 2008

Persalinan : Operasi Sesar atau Normal?

Bagi ibu hamil, terutama pada kehamilan anak pertama, pilihan cara persalinan merupakan hal yang penting. Mungkin sebagian anggota keluarga atau sahabat menganjurkan untuk operasi sesar, tapi sebagian yang lain menyarankan untuk melahirkan secara normal saja.


Persalinan normal adalah persalinan lewat vagina. Pada persalinan normal, proses persalinan diawali dengan rasa mulas dan keluarnya lendir bercampur darah dari vagina. Rasa mulas dan nyeri (his) biasanya datang secara teratur, semakin lama semakin kuat dan semakin nyeri, sampai anak berhasil dilahirkan. Proses kelahiran anak diikuti oleh kelahiran ari-ari. Seringkali jalan lahir mengalami robekan (ruptur perineum) dan butuh beberapa jahitan untuk memperbaikinya.

Sedangkan operasi sesar adalah melahirkan anak melalui sayatan dinding perut dan dinding rahim. Sayatan dapat vertikal (membujur) atau horizontal (melintang). Sayatan melintang pada segmen bawah rahim banyak dipakai saat ini. Luka sayatan biasanya dijahit dengan jahitan bawah kulit, sehingga benang tidak tampak dari luar dan bekas jahitan lebih rapi. Pembiusan dalam operasi sesar biasanya bius spinal (hanya perut sampai kaki yang mati rasa), walaupun kadang-kadang sesar dilakukan dengan bius umum.

Operasi sesar biasanya dilakukan jika ibu tidak dapat melahirkan normal (indikasi medis), misalnya panggul sempit, kepala bayi lebih besar dari pintu panggul, letak sungsang atau lintang, ari-ari menutupi jalan lahir, dsb. Tetapi, saat ini indikasi non medis banyak melatari keputusan ibu untuk menjalani operasi sesar. Indikasi non medis antara lain: ibu takut melahirkan secara normal, ibu tidak mau merasakan nyeri saat melahirkan, ingin menjaga agar vagina tidak longgar akibat dilalui bayi, dan lain-lain.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh ibu yang mengambil keputusan untuk melahirkan dengan sesar tanpa indikasi medis yaitu:

  1. Ibu yang melahirkan sesar harus membatasi jumlah kelahiran maksimal empat anak dan jarak antar anak minimal satu tahun (Sinsin, 2004).
  2. Ibu yang pernah seksio sesar masih dapat melahirkan normal, tapi dengan resiko robekan rahim dan komplikasi persalinan lain yang lebih tinggi (Sinsin, 2004).
  3. Angka kematian akibat sesar kecil tetapi tetap lebih tinggi dibanding proses kelahiran normal (Fitriana, 2007)
  4. Risiko pembiusan ataupun luka operasi, infeksi, nyeri setelah melahirkan, psikologis, waktu perawatan yang lebih panjang, dan biaya yang lebih besar (Fitriana, 2007).
  5. Menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada operasi sesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan per vaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan per vaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 persen dari seluruh angka kematian ibu (Adjie, 2002).
  6. Bekas luka operasi pada rahim (uterus) dapat membuka meski kebanyakan tidak bergejala dan tidak berbahaya, yang disebut ‘window of uterus’ (Fitriana, 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Video Proses Reproduksi